Halaman

Pacaran!!! Bukanlah Suatu Keharusan

Pacaran atau Berpacaran… Kini bukanlah sesuatu yang asing didunia ini lagi. Dari berbagai macam bentuk aspek kehidupan-pun juga selalu membahas mengenai pacar dan berpacaran. Contohnya saja dari kehidupan para ABG dan Remaja seolah sangat membutuhkan dengan apa yang disebut pacar (Kekasih Hati). 

Mereka merasa pacaran dan memiliki kekasih hati itu adalah suatu keharusan atau kebutuhan yang mutlak. Memang benar jika ada pernyataan bahwa setiap manusia itu ditakdirkan untuk memiliki pasangan hidup (kekasih hati), dan pacaran itu sendiri adalah suatu proses sebelum menjadi pasangan hidup secara resmi atau lebih singkatnya “Pernikahan Yang Resmi”.

Namun yang menjadi pertanyaan sekarang, Apakah Pacaran itu adalah proses yang baik sebelum menjalani pernikahan??.


Sekarang kita tengok kembali ke berita anak bangsa. Sudah banyak kasus kemerosotan mental, sikap anti sosial, kemalasan berpikir atau bekerja, hingga pelecehan seksual dikarenakan berpacaran. Yang seolah olah pacaran itu sendiri adalah suatu gerbang untuk membuka segala macam bentuk keburukan dan kemaksiatan yang lainnya.

Memang tidak semuanya langsung dikarenakan pacaran hingga kasus-kasus itu dapat terjadi. Namun kebanyakan terjadi dikarenakan oleh aktivitas berpacaran itu sendiri. Ada suatu keterkaitan mengapa aktivitas berpacaran dapat menyebabkan hal-hal diatas. Dan sekarang saya akan menjelaskannya satu-persatu.

Yang pertama pacaran bisa menyebabkan kemerosotan mental. Mengapa?? Ini dikarenakan ketika ada sepasang manusia telah terikat dengan suatu aktivitas yang disebut pacaran. Mereka cenderung untuk selalu mengisi kekosongan satu dengan yang lainnya (antara si-cowok dan si- cewek). Hal tersebut memang sesuatu yang bagus karena antara si-cowok dan si-cewek dapat menutupi kekurangan masing-masing dengan saling mengisi dengan kelebihannya masing-masing. 

Namun disitulah bahaya-nya. semakin mereka dekat dan saling memperhatikan (juga saling mengisi), maka semakin sensitif juga hati mereka terhadap lingkungan dan yang terjadi diantara mereka berdua. Sifat kecenderungan untuk selalu mengetahui apa yang sedang dirasakan, dilakukan sipacar, hingga apa yang sedang dipikirkan setiap saat oleh sipacar terasa seolah selalu menghantui pasangannya. 

Hal tersebut sudah sangat lebih dari cukup untuk melemahkan hati dan perasaan. Dan lemahnya hati dan perasaan sangat dekat sekali dengan pengertian yang dimaksud dengan kemerosotan mental. Ini akan lebih terasa lagi jika hubungan pacaran tersebut berakhir. Entah itu berakhir dengan baik maupun buruk pasti akan menyisakan luka yang dalam termasuk rusaknya hati (jiwa). Mereka yang putus setelah hanya satu hari berpacaran akan sangat berbeda dengan mereka yang telah berpacaran selama 3 tahun.
 
Kembali saya ingatkan, bahwa semakin lama seseorang menjalin hubungan pacaran, maka semakin besar juga tingkat kesensitifan diantara hati mereka berdua. Tidak jarang bukan jika ada pasangan yang telah mengalami perpisahan setelah berpacaran, mereka akan terlihat mudah marah atau sensitif hatinya atau mentalnya menjadi lemah. Padahal pacaran itu sendiri hanyalah janji diatas tangan, sedangkan kata putus juga mudah diucapkan, sama seperti ketika mengucapkan kata jadian atau berpacaran. 

Lalu yang kedua Pacaran dapat menyebabkan seseorang untuk malas berpikir dan bekerja. Mengapa??  Untuk yang point ini saya menilai hanya 73,39% yang terbukti kebenarannya. Ketika seseorang berpikir atau bekerja (belum memiliki pasangan), mereka cenderung fokus dengan pikiran atau pekerjaannya. Kalaupun ada sesuatu yang ia pikirkan “mengapa kok saya belum punya pasangan (pacar) atau bagaimana ya kalau saya punya pacar seperti ini!!”,itu hanya sebatas khayalan sepintas atau hanya sepersekian waktu dari semua yang sedang dia pikirkan atau dia kerjakan saat itu. Masih jauh sangat kecil jika dibandingkan dengan pikiran “habis ini atau besok saya harus gimana”.

Ini jauh berbeda dengan mereka yang telah memiliki pasangan (pacar). Karena ketika mereka berpikir sesuatu atau bekerja, pasti mereka selalu mencuri-curi waktu untuk memikirkan pasangannya. Bahkan terkadang waktu itu sangat besar jika dibandingkan dengan apa yang ia kerjakan saat itu. Dan point pentingnya hal ini sangatlah merugikan.

Contohnya saja apakah suatu hal yang baik ketika kita berpikir keras untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan rapat, eh malah yang terlintas dipikiran malah si pacar terus. Dan sangat sulit untuk menyingkirkannya. Atau mungkin ketika sedang bekerja dengan atasan, eh malah tidak fokus bekerja dikarenakan selalu hanya ada dia yang ada dipirannya.

Sangat tidak asing bukan jika ada kata-kata “Kamu selalu ada dihatiku, selalu ada di pikiranku dan jiwaku”,”Aku tak pernah berhenti untuk memikirkanmu” dan masih banyak lagi ungkapan yang lainnya. Terus kalau sudah begini, waktu untuk belajar, bekerja, berpikir, hingga saatnya beristirahat apakah selalu harus ada dia??  Jadi menggangu donk kalau begitu caranya…hehehe

Intinya sangat merugikan jika pacaran itu membuat seseorang yang menjalaninya menjadi malas untuk berpikir (kehidupan positif yang lebih penting) dan bekerja namun malah rajin dan setia untuk berpikir semua tentangnya. Ingat pacaran itu semudah ketika membalik tangan, mudah untuk berjanji ketika suka dan mudah untuk mengingkari ketika kita membenci.

Kemudian yang ketiga dan terakhir dari saya adalah pacaran sangat dekat dengan pelecehan seksual.  Inilah yang saat ini sedang gempar-gemparnya terjadi dikalangan bangsa kita dan bangsa orang lain. Banyak kasus mengenai kehamilan diluar nikah yang terjadi dikarenakan berpacaran, hingga video-video mesum yang akhir-akhir ini terpublikasi yang tentunya yang menjadi aktor dan artis adalah pasangan-pasangan muda yang berstatus hanya berpacaran. Itu baru yang ketahuan lho..lha yang terselubung dan yang disembunyikan gimana???  Pasti lebih banyak kan??....

Kasus-kasus diatas sudah cukup untuk menjadi bukti mengapa berpacaran adalah merupakan salah satu pintu gerbang yang paling dekat untuk melakukan pergaulan bebas, pelecehan seksual, seks dan juga zina. Jika ditanya rugi atau tidak.. ya bagi yang berpikiran baik dan berhati bersih pasti akan jelas-jelas mengatakan ya itu rugi banget.. “Lebih baik jomblo dan masih ting ting daripada sudah berpacaran namun sudah tidak suci lagi kehormatannya”.

Namun ada juga beberapa pasangan yang berpacaran dengan melandaskan berpacaran namun dengan batasan-batasan yang sudah ditentukan sesuai norma agama, asusila, dan kesopanan. Namun apa kuat bertahan lama dengan konsekuensi tersebut? Jika melihat banyak godaan godaan yang semakin banyak bagi mereka yang telah menjalin status hubungan janji diatas tangan (berpacaran).

Sekarang dengan pernyataan pernyataan diatas apakah anda masih ingin ribet dan direpotkan dengan aktivitas dan proses yang disebut berpacaran?. Yang mengucapkan kata berpisah sama mudahnya dengan mengucapkan kata jadian. Dan yang terpenting pernikahan itu adalah suatu keharusan yang mutlak. Sedangkan pacaran itu hanyalah permainan dan tentunya bukan suatu keharusan. 

Anda Setuju…??!!

1 komentar: