Pacaran
atau Berpacaran… Kini bukanlah sesuatu yang asing didunia ini lagi. Dari
berbagai macam bentuk aspek kehidupan-pun juga selalu membahas mengenai pacar
dan berpacaran. Contohnya saja dari kehidupan para ABG dan Remaja seolah sangat
membutuhkan dengan apa yang disebut pacar (Kekasih Hati).
Mereka
merasa pacaran dan memiliki kekasih hati itu adalah suatu keharusan atau
kebutuhan yang mutlak. Memang benar jika ada pernyataan bahwa setiap manusia
itu ditakdirkan untuk memiliki pasangan hidup (kekasih hati), dan pacaran itu
sendiri adalah suatu proses sebelum menjadi pasangan hidup secara resmi atau
lebih singkatnya “Pernikahan Yang Resmi”.
Namun
yang menjadi pertanyaan sekarang, Apakah Pacaran itu adalah proses yang baik
sebelum menjalani pernikahan??.
Sekarang
kita tengok kembali ke berita anak
bangsa. Sudah banyak kasus kemerosotan mental, sikap anti sosial, kemalasan
berpikir atau bekerja, hingga pelecehan seksual dikarenakan berpacaran. Yang
seolah olah pacaran itu sendiri adalah suatu gerbang untuk membuka segala macam
bentuk keburukan dan kemaksiatan yang lainnya.
Memang
tidak semuanya langsung dikarenakan pacaran hingga kasus-kasus itu dapat
terjadi. Namun kebanyakan terjadi dikarenakan oleh aktivitas berpacaran itu
sendiri. Ada suatu keterkaitan mengapa aktivitas berpacaran dapat menyebabkan
hal-hal diatas. Dan sekarang saya akan menjelaskannya satu-persatu.
Yang pertama pacaran bisa
menyebabkan kemerosotan mental. Mengapa?? Ini
dikarenakan ketika ada sepasang manusia telah terikat dengan suatu aktivitas
yang disebut pacaran. Mereka cenderung untuk selalu mengisi kekosongan satu
dengan yang lainnya (antara si-cowok dan si- cewek). Hal tersebut memang
sesuatu yang bagus karena antara si-cowok dan si-cewek dapat menutupi
kekurangan masing-masing dengan saling mengisi dengan kelebihannya
masing-masing.
Namun
disitulah bahaya-nya. semakin mereka dekat dan saling memperhatikan (juga
saling mengisi), maka semakin sensitif juga hati mereka terhadap lingkungan dan
yang terjadi diantara mereka berdua. Sifat kecenderungan untuk selalu
mengetahui apa yang sedang dirasakan, dilakukan sipacar, hingga apa yang sedang
dipikirkan setiap saat oleh sipacar terasa seolah selalu menghantui
pasangannya.
Hal tersebut sudah sangat lebih dari cukup untuk melemahkan hati
dan perasaan. Dan lemahnya hati dan perasaan sangat dekat sekali dengan
pengertian yang dimaksud dengan kemerosotan mental. Ini
akan lebih terasa lagi jika hubungan pacaran tersebut berakhir. Entah itu
berakhir dengan baik maupun buruk pasti akan menyisakan luka yang dalam
termasuk rusaknya hati (jiwa). Mereka yang putus setelah hanya satu hari
berpacaran akan sangat berbeda dengan mereka yang telah berpacaran selama 3
tahun.
Kembali
saya ingatkan, bahwa semakin lama seseorang menjalin hubungan pacaran, maka
semakin besar juga tingkat kesensitifan diantara hati mereka berdua. Tidak
jarang bukan jika ada pasangan yang telah mengalami perpisahan setelah
berpacaran, mereka akan terlihat mudah marah atau sensitif hatinya atau
mentalnya menjadi lemah. Padahal pacaran itu sendiri hanyalah janji diatas
tangan, sedangkan kata putus juga mudah diucapkan, sama seperti ketika
mengucapkan kata jadian atau berpacaran.
Lalu yang kedua Pacaran dapat
menyebabkan seseorang untuk malas berpikir dan bekerja. Mengapa?? Untuk
yang point ini saya menilai hanya 73,39% yang terbukti kebenarannya. Ketika
seseorang berpikir atau bekerja (belum memiliki pasangan), mereka cenderung
fokus dengan pikiran atau pekerjaannya. Kalaupun ada sesuatu yang ia pikirkan
“mengapa kok saya belum punya pasangan (pacar) atau bagaimana ya kalau saya
punya pacar seperti ini!!”,itu hanya sebatas khayalan sepintas atau hanya
sepersekian waktu dari semua yang sedang dia pikirkan atau dia kerjakan saat
itu. Masih jauh sangat kecil jika dibandingkan dengan pikiran “habis ini atau
besok saya harus gimana”.
Ini
jauh berbeda dengan mereka yang telah memiliki pasangan (pacar). Karena ketika
mereka berpikir sesuatu atau bekerja, pasti mereka selalu mencuri-curi waktu
untuk memikirkan pasangannya. Bahkan terkadang waktu itu sangat besar jika
dibandingkan dengan apa yang ia kerjakan saat itu. Dan point pentingnya hal ini
sangatlah merugikan.
Contohnya
saja apakah suatu hal yang baik ketika kita berpikir keras untuk menyelesaikan
suatu permasalahan dengan rapat, eh malah yang terlintas dipikiran malah si
pacar terus. Dan sangat sulit untuk menyingkirkannya. Atau mungkin ketika
sedang bekerja dengan atasan, eh malah tidak fokus bekerja dikarenakan selalu
hanya ada dia yang ada dipirannya.
Sangat
tidak asing bukan jika ada kata-kata “Kamu selalu ada dihatiku, selalu ada di
pikiranku dan jiwaku”,”Aku tak pernah berhenti untuk memikirkanmu” dan masih
banyak lagi ungkapan yang lainnya. Terus kalau sudah begini, waktu untuk
belajar, bekerja, berpikir, hingga saatnya beristirahat apakah selalu harus ada
dia?? Jadi menggangu donk kalau begitu
caranya…hehehe
Intinya
sangat merugikan jika pacaran itu membuat seseorang yang menjalaninya menjadi
malas untuk berpikir (kehidupan positif yang lebih penting) dan bekerja namun
malah rajin dan setia untuk berpikir semua tentangnya. Ingat pacaran itu semudah
ketika membalik tangan, mudah untuk berjanji ketika suka dan mudah untuk
mengingkari ketika kita membenci.
Kemudian
yang ketiga dan terakhir dari saya adalah pacaran
sangat dekat dengan pelecehan seksual.
Inilah yang saat ini sedang gempar-gemparnya terjadi dikalangan bangsa
kita dan bangsa orang lain. Banyak kasus mengenai kehamilan diluar nikah yang
terjadi dikarenakan berpacaran, hingga video-video mesum yang akhir-akhir ini
terpublikasi yang tentunya yang menjadi aktor dan artis adalah pasangan-pasangan
muda yang berstatus hanya berpacaran. Itu baru yang ketahuan lho..lha yang
terselubung dan yang disembunyikan gimana???
Pasti lebih banyak kan??....
Kasus-kasus
diatas sudah cukup untuk menjadi bukti mengapa berpacaran adalah merupakan
salah satu pintu gerbang yang paling dekat untuk melakukan pergaulan bebas,
pelecehan seksual, seks dan juga zina. Jika ditanya rugi atau tidak.. ya bagi
yang berpikiran baik dan berhati bersih pasti akan jelas-jelas mengatakan ya itu rugi banget.. “Lebih baik jomblo
dan masih ting ting daripada sudah berpacaran namun sudah tidak suci lagi
kehormatannya”.
Namun
ada juga beberapa pasangan yang berpacaran dengan melandaskan berpacaran namun
dengan batasan-batasan yang sudah ditentukan sesuai norma agama, asusila, dan
kesopanan. Namun apa kuat bertahan lama dengan konsekuensi tersebut? Jika
melihat banyak godaan godaan yang semakin banyak bagi mereka yang telah
menjalin status hubungan janji diatas tangan (berpacaran).
Sekarang
dengan pernyataan pernyataan diatas apakah anda masih ingin ribet dan
direpotkan dengan aktivitas dan proses yang disebut berpacaran?. Yang
mengucapkan kata berpisah sama mudahnya dengan mengucapkan kata jadian. Dan
yang terpenting pernikahan itu adalah suatu keharusan yang mutlak. Sedangkan
pacaran itu hanyalah permainan dan tentunya bukan suatu keharusan.
Anda Setuju…??!!
Salam sejahterah masbro..SENANG77.COM AGEN TEXAS POKER DAN BANDAR DOMINO QQ ONLINE TERPERCAYA INDONESIA
BalasHapus